Wednesday, April 20, 2011

Dolok Saribu Dari Saribu Dolok

Setelah menginjakkan kaki di kota Jakarta, Duga bermaksud mendapatkan teman sebanyak-banyaknya. Maklum Duga belum fasih berbahasa Indonesia.

Menurutnya semua perkataan dalam bahasa Batak harus diterjemahkan ke bahasa Indonesia termasuk identitas diri.

Sambil bersalaman lalu dia memperkenalkan diri dan berkata: "Gunung Seribu dari Seribu Gunung". Sejak itu para sahabatnya pada takut dan segan, mereka menganggap Dolok Seribu bersaudara dengan gunung Kidul.

Perempuan yang Tersinggung

Ganda merasa senang berkeliling-keliling kota Bandung. Sambil menaiki sebuah bis di samping kiri dan kanannya dia memberanikan diri untuk berkenalan dengan cewek sebelah kiri.


Ganda: "Perempuan apakah engkau ito?" (Batak: Boru aha do hamu ito)

Cewek: "Kau pikir aku cewek murahan ya..?"

Ganda: "Bukan, ito..saya mau bertanya marga apa ito?"

Cewek: "Dasar orang kampung!!"

Sampai di rumah Ganda menceritakan pengalamannya kepada tantenya Tiur. Tantenya terbahak-bahak. Ganda...Ganda. Tantenya menasihati Ganda sekali lagi jangan bertanya seperti itu.

Salah Pengertian

Setelah sehari Tagor Sitompul di kota kembang Bandung, dia sudah akrab dengan seseorang yang bernama Amit. Pada suatu hari ada undangan pernikahan dari teman Amit yang ditujukan untuk si Amit dan si Tagor Sitompul.

Mengingat bangku yang kosong hanya ada di depan, maka si Amit pun melewati para undangan dengan mengucapkan :

"Amit Pak.....Amit Bu......Amit Pak...... dst",

namun si Tagor pun mencari akal melawati para undangan dengan mengucapkan :

"Tompul Pak.....Tompul Bu.....Tompul Pak.... dst",

sampai dia duduk di kursi depan tanpa merasa bersalah.

Paijo Situmorang

Selesai urusan diluar negeri, Paijo kembali ke tanah air ...
Di pesawat Paijo kebetulan bersebelahan dengan ceweq Indonesia "kebetulan
nich, ada temen ngobrol yg ngerti bahasa gue!", kata Paijo dalam hati
Tapi setengah perjalanan ntu ceweq kerjaannya baca buku melulu. bingung cari kata-kata, Paijo membuka percakapan.
Pajio: "Baca terus mbak ... mau ujian ?"
Ceweq: "Bukan mas ... lagi penelitian ..."
Paijo: "Memang mbak mahasiswa apa ?"
Ceweq: "Psikologi Sex, biar bisa gantiin dr.Boyke .. ha haa ..."
Paijo: "Kalo boleh tahu, penelitiannya tentang apa mbak ?"
Ceweq: "bentuk alat vital berbagai suku daerah di Indonesia"
Paijo: "waah .. gimana tuch hasil penelitiannya ?"
Ceweq: "Menurut pengamatan sementara, orang Bali bentuknya paling bagus"
Paijo: "Kenapa ?"
Ceweq: "yaa .. karena orang Bali khan pintar ukir-ukiran"
("hmm .. masuk akal juga", kata Paijo dalam hati)
Paijo: "Kalo yang besar ?"
Ceweq: "Yang besar itu orang-orang Batak !"
(waah .. Paijo semakin antusias saja)
Paijo: "hmm ... kalo yang panjang suku apa ?"
Ceweq: "Suku Sunda .. soalnya kebiasaan pake sarung!"
Paijo: "ooh ... eh, ngomong-ngomong belum kenalan kita ya ?!"
Ceweq: "o iya ... saya Rini ... mas namanya siapa ?"
Paijo: "nama saya ... ANAK AGUNG CECEP SITUMORANG !!!"

Butet Menghadapi Ujian Semester

Alkisah, Butet si Gadis Cantik dari Batak akan menghadapi ujian semester. Agar bisa konsentrasi, dia memutuskan menyepi ke villanya di Puncak. Setelah keluar dari jalan tol Jagorawi, Butet merasa lapar sehingga memutuskan untuk mampir di Pasaribu Cipanas.

Beberapa pemuda tanggung langsung hutasoit-soit melihat butet yang seksi itu. Tapi butet tidak peduli, dia jala sitorus memasuki rumah tanpa menanggapi. Sepiring Naibaho yang hangat dengan ikan gurame yang dibakar dengan batubara membuatnya semakin berselera. Apalagi diberi sambal terasi dan semangkok nababan yang hijau segar. Setelah mengisi perut , Butet melanjutkan perjalanan. Ternyata jalan kesana ber-bukit-bukit. Kadang nainggolan, kadang manurung. Di tepi jalan dilihatnya banyak pohan. Kebanyakan pohan ”tanjung“. Beberapa diantaranya ada yang simatupang diterjang badai semalam.

Begitu sampai di villa, Butet membuka pintu mobil, wow, siregar sekali hawanya, berbeda dengan jakarta yang panggabean penuh asap. Hembusan perangin-angin pun sepoi-sepoi menyejukkan. Sejauh simarmata memandang warna hijau semuanya. Tidak ada tanah yang girsang.

Mulanya butet ingin berenang. Tetapi yang ditemukan hanyalah bekas kolam renang yang akan di -hutahuruk dengan tambunan tanah. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di kebun teh saja. Sedang asik-asiknya menikmati keindahan alam, tiba-tiba dia dikejutkan oleh seekor ular yang sangat besar ”Sinaga... !” teriaknya sambil lari sitanggang langgang.

Celakanya dia malah terpeleset dari tobing yg tinggi sehingga bibirnya sihombing. Kasihan sekali..., butet menangis marpaung-paung lantaran kesakitan.

Tetapi..., dia lantas ingat... bahwa sebagai orang batak pantang untuk menangis. Dia harus togar...!

Maka, dengan menguatkan, dia pergi ke puskesmas setempat untuk melakukan panjaitan terhadap bibirnya yang sihombing itu. Mantri puskesmas tergopoh-gopoh simangunsong di pintu untuk menolongnya.

”Hem... ongkosnya pangaribuan... ” kata mantri setelah memeriksa sejenak.
”Itu terlalu mahal... bagaimana kalau napitupulu saja?” tawar si Butet
”Napitupulu terlalu murah, mengertilah saya sebagai PNS pandapotan saya khan kecil sekali , ekonomi keluarga saya sudah sangat ginting sekali,” kata mantri memelas
”Jangan begitulah, masa tidak siahaan melihat bibir saya begini?“.
”Baiklah , tapi panjaitan nya pakai jarum sitompul saja” sahut mantri mulai agak kesal.
”Cepatlah! aku sudah hampir munthe, yach... saragih sedikit tidak apa-apalah, dari pada bibirku sihombing terus...”

Malamnya...,

Ketika sedang asik belajar sambil makan kue lubis kegemarannya, sayup-sayup dia mendengar lolongan rajagukguk. Wah... Butet bonar-bonar ketakutan. Apalagi ketika mendengar suara di pintunya berbunyi ”Poltak...!” keras sekali.

”Ada situmorang ……! “,

”Sialan, cuma kucing...” desahnya lega. Dia sudah sempat berpikir yang silaen-laen.

Selesai belajar...,

Butet menyalakan televisi. Ternyata ada siaran Discovery chanel yang menampilkan hutabarat Amazon di Kanada yg terkenal itu serta simamora gajah purba yang berbulu lebat. Saat commercial break, muncul lagu nasional RI yang terkenal dengan seruannya ”Simanjuntak gentar, sinambela yang benar...!”.

Keesokan harinya...,

Butet kembali ke Jakarta dan langsung pergi ke kampus.

Di depan ruang ujian dia membaca tulisan ”Harahap tenang, ada ujian “.
Butet bergumanm ” ah ….. aku kan marpaung, boleh ribut dong …. ! “.

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

Indonesia Lebih Canggih

Seorang bapak dari pulau Samosir (Tapanuli Utara), walau hanya seorang petani miskin didesanya, berhasil menyeberangkan putranya 'Ucok' sehingga tamat dari satu perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. Setelah berhasil meraih gelar insinyur Ucok bekerja di satu perusahaan swasta di Jakarta.

Setahun kemudian atas sponsor perusahaan Ucok mendapat tugas belajar di Negeri Sakura.

Sepulang dari Jepang, Ucok mengambil cuti bermaksud menemui orangtuanya di kampung. Si bapak sangat berbangga hati, Ucok putranya, telah menjadi 'orang'. Oleh si bapak semua keluarga dekat diundang untuk makan malam bersama; ingin memperlihatkan rasa "besar hatinya' pada semua sanak keluarga. Sambil makan si bapak bertanya pada Ucok sekalian ingin memberitau pada sanak keluarga atas keberhasilannya menyekolahkan Ucok. Si bapak bertanya dengan logat Bataknya yang khas.

Bpk. :"Ucok, selama ini kau sekolah dan sekarang sudah menjadi insinyur dan telah pula pergi ke negeri Zepaang, coba kau ceritakan pada kami-kami ini apa-apa sazzaa yang kau lihat di Zepang itu, biar kami tau..".
Ucok :"Ach bapak ini. Banyaklah yang ku liat.. Negeri Zepang itu mazzuu sekali pak, tidak seperti negeri kita ini..".
Bpk. :"Mazzuu bagaimana Ucok, cobalah kau ceritakan biar kami tau..".
Ucok :"Di Zeppang itu pak.. kapas kita masukkan keluar kain, besi kita masukkan keluar mobil".
Bpk. : (karena Ucok tidak bercerita tentang keberhasilannya agar si bapak merasa bangga di depan mata orang ramai, dengan nada kesal si bapak berucap): "Mazzam-mazzam saja kau ini Ucok!, bukan itu yang aku maksudkan. Kalau soal masuk-memasukkan itu, sudah lamanya aku tau.. Kumasukkan ini (?-red) keluar kau...!."

Ginting Beli Dawet

Ginting, seorang mahasiswa baru asal Medan yang baru pertama datang ke Yogya kebetulan pingin sekali minum minuman khas daerah tersebut yaitu DAWET alias cendol.
Ginting: "Mbak, beli cendol.."
Mbak: "Sampun telas" (=Sudah habis)
Ginting: "Iya memang harus pake gelas.."
Mbak: "Mboten wonten" (=tidak ada)
Ginting: "Iya memang saya suka pake santen.."
Mbak (sambil kesal): "Dasar sinting"
Ginting: "Kok tahu nama saya Ginting...??"
Mbak (makin kesal): "Dasar wong edan..!!"
Ginting: "Wah mbak betul lagi..saya memang dari Medan"
Mbak: "Dasar wong ora duwe otak...!!!"
Ginting: "Memang benar saya asli Batak."
Mbak: "Dasar budeg" (=tuli)....!!!!
Ginting: "Selain cendol saya memang suka gudeg."
Mbak: "Sampeyan kok kurang kerjaan."
Ginting: "Benar sekali mbak teman-teman saya kurang kerjaan, mereka sukanya baca & kirim email...!!!"

Tuesday, April 19, 2011

Horas Bah

BBM naik, hidup tambah SIMANUNGKALIT
Harga2 NAEK, SAGALA PANDAPOTAN MANURUNG,
Banyak SIHOTANG
Hidup bagaikan mendaki TOBING
Tak ada lagi HARAHAP
Kepala pusing sampai SIBUTAR BUTAR
Rambut rontok dan nyaris POLTAK
Jumlah rakyat miskin sudah PANGARIBUAN
Anak-anak menangis MARPAUNG-PAUNG
Otak sudah SITOMPUL
Tapi kita masih dimintasabar SITORUS
Jangan putus HARAHAPkatanya
Mintalah PARLINDUNGAN,
supaya BONAR-BONAR selamat .

Manuhor Pulsa

Adong ma sada ama-ama sian huta pardomuan, sukses besar dalam bisnis durianna. Panen na sukses hampir mencapai omzet 10 juta dalam 1 bulan. Alani lumayan do untung na, gabe kepingin ma amanta i laho mar handphone sebagaimana nadi nipi-ipihon salelengon.

Laho ma amatta i tu sada toko handphone di bilangan segitiga emas Sidikalang, alias jalan Sisingamangaraja. Songonon ma kira-kira pembicaraan antara amanta i dohot par toko handphone on:

A : "Ai laho manuhor handphone au lae, na songon dia do na pas di natua-tua songon au. Argana hira-hira 1 tu 2 juta. Ai nasai do pe adong hepengku."
TH : "Ohh... adong amang, type na NOKIA 3260, balga-balga do tombol na, dang susa amang molo lau mamiccit nomorna. On ma contoh na amang. Argana holan 1,5 juta do."
A : "Boi .. boi ma i. Baen ma dohot nomor na sekalian. Pasang ma sekaligus, dang hupaboto-boto mamasang i, sekalian ma dohot pulsana."
TH: "Boi amang, on ma nomor na, pillit hamu ma. Molo pulsana, na sadia ma ta baen amang, adong 25 ribu, 50 ribu dohot 100 ribu."
A : "Ai hamu ma mamillit nomor nai, baen ma nomor na bagak. Molo pulsanai si 100 ribu ma baen."
TH : "Boi amang, alai sebelum hupillit no nai, ai didia do halak amang tinggal?"
A : "Di pardomuan, jonok do tu tigalingga"
TH : "Ohh... alai hurasa amang, dang adong dope sahat jaringan tu Pardomuan."
A : "Ima... ima .. nga boi i . Baen ma 100 ribu dohot jaringan na i, bila porlu 200 ribu pe boi, asa unang mulak-ulak iba tu Sidikkalang on."
TH : "???!!??"

Pertama Kali Datang Ke Jakarta

Pertama sekali Ucok datang ke Jakarta, dia coba jalan-jalan mau tahu keadaan Jakarta, Pertama dia pergi ke Terminal Pl.Gadung

Kondektur : "Blok M... blok M.."

Ucok : Naik Bus kota jurusan blok M, selama dalam perjalanan setiap orang mau turun selalu sebut nama halte.

Penumpang lain : "Bang Senopati.. kiri!!", bus berhenti.

Penumpang lain : "Bang Sudirman.. kiri!!", bus berhenti.

Ucok : Wah gimana ya saya mau turun, dengan yakin ucok teriak,

Ucok : "Tahan Sihombing.. kiri!!", bus jalan terus,

Ucok : Teriak lagi, "Bang Tahan Sihombing.. kiri!!", akhirnya semua penumpang bis melihat ke arah ucok.

Ucok : Berdiri menghampiri kondektur, "Bang kau tuli ya saya tadi sudah bicara Tahan Sihombing kiri, kok bis jalan terus."

Ucok : "Tadi penumpang lain tinggal sebut nama, bus berhenti, kamu belum tahu saya ya?"

Kondektur : "Maaf bang yang mereka sebut tadi nama halte bus ,dan di Jakarta namanya Halte Tahan Sihombing tidak ada, makanya jalan terus."

Ucok : "Maaf juga bang lain kali buatkan halte Tahan Sihombing."

Orang Batak Medan

Seorang supir truk berpelat nomor BB berhenti di depan gerobak penjaja minuman, di sebuah pasar di Solo.

“Kasih dulu cendolnya, Embak..”

“Mboten enten, Mas,” jawab si pedagang perempuan dengan lembutnya. Cendol sudah tidak ada.

“Hah, nggak pakek santen pun tak ‘papalah…” kata si supir Batak lagi dengan sedikit memaksa.

“Sampun telas, Maaas,” jawab si pedagang perempuan lagi dengan sabarnya. Cendol sudah habis.

“Hah, nggak pakek gelas pun tak ‘papalah…”

“Dasar wong edan,” gerutu si pedagang sambil kebingungan.

“Heh?! Koq tau pulak kau kalau aku orang Medan?!”

Bawa Oleh-Oleh Mangga dari Toba ke Bandung

Satu waktu seorang Bapak yang baru datang dari Toba mengunjungi anaknya yang sudah lama merantau di Bandung. Setelah beberapa hari tinggal di rumah anaknya dia pun bermaksud mengunjungi familinya yang tidak jauh tinggalnya dari tempat kost anaknya di perkampungan yang padat dan harus melewati gang-gang. Dia pun membeli 2 kg mangga sebagai oleh-oleh.

Di perjalananan karena gangnya memang sempit, setiap kali dia melewati orang-orang yang sedang duduk depan rumahnya, si Bapak mengatakan permisi dan disahut mangga. Si Bapak merasa heran, kok mereka tahu ya saya bawa mangga? Lalu diberikannya sebuah mangga kepada orang tersebut, demikian seterusnya setiap kali dia mengatakan permisi dan disahut mangga, dia memberikan sebuah mangga. Sampai akhirnya habislah mangga yang dibelinya tersebut.

Sesampai di rumah kerabatnya, dia pun menceritakan bahwa tadinya dia membawa mangga untuk oleh-oleh, tetapi diperjalanan habis diminta orang-orang. Dia pun menceritakan apa yang dialaminya dan kerabatnya itu pun tertawa terbahak-bahak...

Berjalan di Atas Air

Seorang Turis Batak berkunjung ke Israel. Dia menawar perahu mau keliling-keliling di Danau Galilea dan diberitahu pemilik perahu bahwa sewa perahu US$10/jam.

"Wah... mahal kali kau!!! di Danau Toba di negara saya Indonesia, sewa perahu gak sampai separuh-nya... itupun sudah bisa naik perahu keliling sampe puas...!"

Pemilik perahu itupun mencoba menjelaskan, "Ini kan di Israel ... bukan di Indonesia... di danau ini-lah Tuhan Yesus berjalan di atas air ..."

Mendengar jawaban pemilik perahu itu, spontan sang turis batak tersebut berjalan pergi ... sambil merepet dan menggerutu,

"Oooo... PATUT MA ANTONG, GABE MARDALAN PAT TUHAN YESUS NAJOLO, AI SUMALING DO HAPE ARGANI SEWA NI SOLU DI TAO GALILEA ON !!!"

(Pantesan, Tuhan Yesus jadi jalan kaki jaman dulu, habis kebangetan sih mahalnya harga nyewa perahu di galilea ini...)

Pertama Kali Lihat Lift

Seorang Batak kampung menang undian untuk bisa ke Jakarta dengan keluarganya. Sampai di Jakarta mereka sekeluarga pergi belanja ke Pondok Indah Mall. mereka terheran-heran melihat segala sesuatu di sana.

Mereka kemudian berhenti di depan dua buah pintu perak yg bisa buka-tutup sendiri. Si anak kemudian bertanya kepada bapaknya dgn logat Batak

"Pak benda apa ini ?"
Si bapak pun menjawab " Bah ! mana aku tau.... seumur hidupku aku tak
pernah melihat benda seperti ini !"

Dengan masih terheran-heran, mereka melihat seorang wanita tua menekan sebuah tombol di depan dua buah pintu perak itu, kemudian pintu terbuka, & wanita tua itu masuk ke dalam ruangan kecil didalam dua pintu perak itu.

Mereka melihat lampu-lampu dengan angka-angka menyala-nyala mulai dari yg paling kiri ke yg paling kanan dan kemudian balik lagi ke yang paling kiri.

Kedua pintu perak itu kemudian terbuka, dan keluarlah seorang wanita cantik dan sexy dari sebuah ruangan di dalam kedua pintu itu.

Si bapak kemudian berbisik kepada anaknya,
"Cepat...Panggil kau punya mamak !"

tanah abang

Pemuda Jawa : "Maaf, saya orang baru di Jakarta, baru datang dari Jawa... apakah ini Tanah Abang?"

Pemuda Batak : "Oh bukan.... ini bukan tanah aku, sumpah! Aku juga baru datang dari Medan, jadi aku juga tidak tahu tanah siapa ini..."